8/26/2011

Facebook Untuk Media Pembelajaran

Ternyata, anak-anak lebih senang membaca SMS dan email daripada membaca buku cerita atau novel. Anak perempuan senang membaca SMS, majalah, email, lirik lagu, pesan di jejaring sosial, dan puisi. Sementara anak lelaki senang membaca koran dan komik. Hanya sedikit anak yang membaca Ebook. Terungkap pula bahwa 1 dari 8 anak tidak pernah ke perpustakaan atau membeli buku cerita.

Begitu fakta dari penelitian terhadap 18.000 anak sekolah usia 8—17 tahun. Mereka berasal dari 111 sekolah di Inggris daratan, Wales, Skotlandia, dan Irlandia Utara. Penelitian dilakukan oleh The National Literacy Trust. Fakta ini memprihatikan karena dapat menumbuhkan generasi 1 dari 6 orang dewasa yang bermasalah dengan membaca. Karenanya, anak-anak harus dibantu dalam membaca dan mencintai bacaan. Hal itu dapat mengubah kehidupan anak dan memberi anak kesempatan dan cita-cita yang baru.

Facebook
Di negara kita, demamfacebook melanda siapa saja termasuk pelajar. Banyak diantara kita termasuk para pelajar memiliki account lebih dari satu. Hampir setiap saat mereka membuka Facebook, baik melalui ponsel maupun komputer. Itulah budaya kita yang suka buka-buka jendela orang, iseng menuliskan unek-unek, atau apa saja melalui Facebook.

Mengapa Facebook tidak digunakan sebagai sarana pembelajaran bagi guru? Banyak faktor yang menjadi penyebab. Salah satunya adalah budaya kita juga cenderung menerima apa adanya, tanpa mau melakukan eksplore/memperluas wawasan dan pengetahuan. Kalo sudah memiliki account facebook. kalau sudah mampu melihat jendela orang ... ya sudah, cukup, ngapain eksplor pengetahuan. Termasuk juga para guru kita, melaksanakan kegiatan pembelajaran bersifat monoton, minim kreativitas, kurang melakukan inovasi. Budaya inilah yang mampu menularkan kepada siswa-siswi kita sehingga kurang kreatif, kurang inovatif, tidak cerdas dalam menanggapi masalah.

Kalau dipikir dan direnungkan, sebenarnya Facebook, twitter, blogger dan lain sebagainya bisa dijadikan sebagai media pembelajaran. Para guru dapat menyisipkan pengetahuan dan materi pembelajaran didalam dinding facebook atau twitter. Para guru dapat memberikan tugas rumah melalui kedua situs jejaring sosial tersebut atau bahkan melalui email. Namun ... masih belum banyak yang mengetahui, masih belum banyak yang menggunakan. Hal ini bisa dimaklumi karena ketidak-tahuan, semua itu karena kurang kreatif dan miskin inovatif, itulah budaya kita .... puas dengan apa yang dimilikinya, termasuk pengetahuan dan pemahamannya.

Semoga tulisan ini mampu menggugah, mampu menjadi inspirasi kelemahan dan kekurangan kita terhadap kreativitas dan inovasi kita dalam dunia pendidikan.